Perjalanan dari pos 6 kembali dilanjutkan menuju pos 7, di sini ada shelter, dan kalo gak salah ingat, di sini juga ada warung.
Hanya 7 menit naik dari pos 7 sudah sampai di pos 8.
Dari titik ini pos 9 sudah terlihat, tapi karena matahari sudah nampak, kami memutuskan untuk beristirahat, bikin sarapan, sambil menikmati pemandangan sunrise dengan bayangan gunung sindoro, sumbing, dan merbabu di depan.
Setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan untuk menuju puncak, tapi sebelumnya kami harus melewati pelawangan, yaitu batas vegetasi di mana setelah melewati itu, ke atas sudah gak ada tanaman lagi, yang ada hanya pasir, bebatuan dan tanah merah atau biasa disebut lemah abang.
Di perjalanan kami ketemu dengan seorang pendaki solo hicker, alias sendirian yang ternyata Nufus sudah perhatikan sejak di pos 5. Di sini kami sempat kenalan dan foto bersama sambil sharing-sharing dikit seputar dunia pendakian.
Berjalan di bebatuan dan pasir memaksa kami harus berhati-hati, karena akan sangat berbahaya jika kami asal menginjak bebatuan, dikhawatirkan batu dapat meluncur ke bawah dan mengenai pendaki di bawahnya. Kemiringan juga lumayan ekstrim, dan tidak ada pegangan sama sekali, saya beruntung membawa tracking pole yang membantu sekali selama perjalanan. Kami terus berjalan dengan bergantian giliran membawa tas logistik. Sampai akhirnya kami berhasil menggapai puncak Slamet.
Alhamdulillah, cuaca hari itu sangat cerah, kami dapat menikmati pemandangan lautan awan di depan, dan di belakang pemandangan bibir kawah dengan beberapa orang di pinggirannya.
Di situ saya sempat mengajak Nufus dan Eri untuk turun, tapi sepertinya kondisi tidak memungkinkan, karena hari sudah semakin siang, dan kami juga dibatesin untuk tidak boleh melebihi jam 10 berada di puncak. Kami sempatkan untuk mengambil foto sambil ngemil snack yang sudah kami bawa.
Karena hari sudah semakin siang, bau belerang mulai terasa pekat dan panasnya matahari terasa semakin menyengat, kami kemudian sepakat untuk turun kembali ke tempat ngecamp.
Nah, di sinilah sebenarnya hal yang rawan ketika di gunung Slamet, kami beruntung cuaca hari itu sangat cerah, jika cuaca sedang tidak bersahabat, jarak pandang akan sangat terbatas, bisa hanya 1-2 meter saja. Dalam keadaan seperti itu tentu sangat memungkinkan terjadinya disorientasi atau istilah jawanya keder, apalagi dari puncak ke bawah terdapat beberapa percabangan apabila pendakian sedang sepi tentu akan lebih mempersulit.
Alhamdulillah kami sampai di pelawangan atau batas vegetasi dengan selamat. Di sini kami langsung cari tempat istirahat yang adem di bawah pepohonan yang lumayan rimbun.
Perjalanan dilanjutkan ke tempat ngecamp kami di pos sebelum 5, sesampainya di camp, rombongan pendaki bapak-bapak ternyata sudah lebih dulu siap-siap untuk turun. Baiknya, bapak-bapak ini memberi kami sisa logistik mereka, dari beras, minyak, corned, ayam, hingga ikan asin. Selain berbagi, ini juga biar mereka lebih enteng sih hehehe.
Setelah makan siang, kami istirahat sebentar kemudian mulai packing karena tidak ingin kemaleman sampai di bawah. Packing selesai memastikan tidak ada yang tertinggal kami kemudian turun kembali ke basecamp Bambangan.
Alhamdulillah, rasa syukur terus kami ucapkan setelah melewati 2 hari full+1 malam di gunung berapi tertinggi se Jawa Tengah ini dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Setelah membersihkan badan dan makan, sekitar pukul 19.00 kami memutuskan untuk langsung pulang ke Purwokerto.