Juli 2017, sekitar sebulan setelah saya resign dari kerjaan, kebetulan temen sependakian si Nufus ngajakin nanjak ke gunung Slamet, ya skuy aja lah, dia juga ngajak salah satu temen kuliahnya mas Eri. Slamet ini termasuk juga dalam wishlist saya waktu itu, karena ada 3S yang terkenal di Jawa Tengah yaitu Slamet, Sindoro, Sumbing. Sumbing udah pernah jadi kebetulan pas banget ke Slamet belum pernah, sekalian refreshing juga setelah 2,5 tahun kerja.
Setelah beberapa kali ketemu buat meet-up buat bahas persiapan pendakian, akhirnya sampai di hari H kami ketemu di sini. Karena itu hari Jum’at jadi kami berangkat sore, selain karena nanggung waktu sholat jumat, Nufus juga masih kerja sampe sore hehehe. Dari Purwokerto kami bertiga naik motor, saya sendiri dengan membawa 2 carrier, 1 di depan, 1 di belakang, sementara si Nufus sama Eri boncengan bawa 1 carrier.
Di tengah perjalanan ujan deres mengguyur bumi Purbalingga, kami baru sampe di daerah Padamara karena bawa motornya pelan, setelah sholat maghrib saya sempet ke Alfam*rt terdekat buat beli air mineral dan beberapa logistik tambahan yang belum sempet kebeli yang ternyata jalan kaki lumayan jauh jaraknya dari masjid kami mampir hahaha. Begitu balik ke masjid kami bertiga kemudian packing ulang, bagi2 beban, waktu itu masih ujan, tetep kami terjang, karena takut kemaleman nyampe basecamp.
Setelah packing selesai perjalanan dilanjutkan hujan masih deres sampe jalan mulai nanjak ke arah basecamp. Hujan perlahan berkurang, cuman masalahnya sekarang jalannya yang khas ala daerah dataran tinggi yaitu jalan rusak parah, penuh tanjakan dan tikungan. Jarak pandang juga cuma sekitar 10 meter memaksa kami harus bener hati-hati, sering kali bahkan motor Eri sempet hampir gak kuat nanjak.
Setelah bersusah payah ngelewatin jalan yang cukup bikin badan pegel-pegel akhirnya kami sampai di basecamp gunung Slamet. Dan ternyata sudah ramai sekali pendaki berdatangan dari berbagai daerah, saling sapa ala standar percakapan pendaki. “Dari mana mas?”, “Berapa orang?”.
Makin malem makin tambah terus pendaki yang dateng, sampe gedung basecamp penuh, beberapa rombongan bahkan tidur di luar, bikin tenda di depan. Kami juga sempet ngecek tenda, memastikan layak pakai karena itu tenda sewaan dan kami belum sempet ngecek, daripada ketika sudah sampai atas kami baru tau kalo tendanya bocor, atau framenya ketinggalan, wah itu sis bahaya banget.
Dengan berisiknya tentu tidur di basecamp gak terlalu nyenyak walau di luar hujan deras dan karena ketinggian udah pasti masih kerasa dingin walau udah pake jaket. Sampai waktu subuh tiba, kami kemudian bangun untuk sholat subuh di masjid bawah basecamp.
Hujan masih mengguyur deras pagi itu, beberapa pendaki nekat nanjak dengan menggunakan jas hujan. Sementara kami karena memang agak santai karena planning kami bakal 2 hari di gunung, kami nunggu hujan reda sambil sarapan di warung makan di sebrang basecamp.
Langit mulai cerah, kami kemudian segera registrasi dan segera bersiap-siap buat berangkat nanjak. Oh ya kami bayar masuk cuma Rp 10.000 ditambah Rp 5.000 buat bibit tanaman. Bibit ini buat ditanam di atas. Ini wajib, entah kalo sekarang. Kami juga dikasih peta penunjuk jalan yang lumayan membantu apalagi kami bertiga gak ada yang pernah ke sini.
Sebelum mendaki, seperti biasa kami breafing terlebih dahulu dan berdoa agar diberi kelancaran selama pendakian, kemudian jalan sedikit 20 meteran dari basecamp ketemu gerbang, foto-foto deh. Oh ya bangunan kecil berwarna merah di belakang saya adalah pos pengecekan tiket yang pagi itu belum dibuka, jadi kami tinggal lewat aja.
Mulai jalan, kami melewati jalan desa menuju hutan dengan pemandangan kanan kirinya ladang sayur mayur milik warga lereng Slamet. Udara dingin, bersih, dan seger banget ditambah baru ujan hampir tanpa polusi. Tapi tiba-tiba kabut mulai turun dan cuaca mulai mendung kembali, lalu hujan menyambut perjalanan kami. Dengan menggunakan jas hujan kami melanjutkan perjalanan.
Hujan deras tadi beruntung cuma lewat sebentar, cuaca kembali cerah
Kami melewati tempat wisata View Slamet dimana pemandangan di sini kami bisa melihat Purbalingga dari atas.
Jam 09.19 kami mulai masuk ke gerbang menuju hutannya gunung Slamet, perjalanan mulai tertutup pepohonan. Sesekali kami berhenti untuk sekedar mengatur nafas dan minum air.
Jam 10.16 kami sudah sampai di pertengahan menuju pos 1, di sini mulai banyak warung warga yang berjualan makanan dan minuman. Karena bekal masih banyak kami cuma numpang istirahat di warung yang kosong sebelum melanjutkan perjalanan hehehe.
Dari pos 1 perjalanan kembali dilanjutkan, si Nufus ternyata beli pisang 1 sisir. Kami makan di tengah perjalanan ketika istirahat.
Sampai di pos 2 tepat waktu buat sholat dzuhur, kami sholat bergantian kemudian makan buah semangka yang di jual di sekitar pos.
Sama seperti di Pos 2 dan Pos 1 di Pos 3 terdapat sebuah shelter dan tanah rata yang bisa dipakai untuk ngecamp. Tapi karena hari masih terlalu siang kami tetap melanjutkan perjalanan.
Nah ini dia pos paling populer karena di sini hanya ada beberapa pohon melintang, tidak ada shelter, dan tidak ada warung di sini.
Nah di sini setelah dari pagi kami jalan mulai terasa lelah, si Nufus kakinya terkilir dari pos 3 kalo gak salah dan ngajak untuk ngecamp di beberapa menit setelah pos 4. Tapi karena pos itu terkenal ada “sesuatunya”, saya mengajak teman-teman untuk berjalan ke atas lagi. Begitu ada tanah rata kami ngecamp, dan ternyata benar, sekitar 20-30 menit kemudian kami nemu tempat bagus lumayan lapang, cukup untuk 10 tenda mungkin. Tanpa pikir panjang kami semua langsung putuskan untuk ngecamp di sini.
Kabut kembali turun dan kami bergegas membuat tenda buat menghindari dingin, tidak lupa kami membuat saluran air agar jika hujan, air tidak melewati tenda kami. Dan ini adalah satu-satunya tenda di area ini. Setelah memasukkan barang-barang ke dalam tenda kemudian masak lalu makan mie instan.
Karena sudah lelah seharian berjalan kami kemudian tiduran, lalu ketika hari mulai gelap entah maghrib atau isya, datanglah rombongan pendaki dari Bandung dan Jakarta. Lumayan banyak isinya bapak-bapak sekitar 20 orang membuat 3-4 tenda di dekat tenda kami. Jujur, jadi agak lega ada pendaki lain yang ngecamp di deket kami. Tapi, di sisi lain kami jadi kurang nyenyak tidur malemnya karena berisiknya mereka hehehe. It’s oke sih, daripada denger suara hewan macem babi hutan kan serem.
Sebelum tidur kami mempersiapkan rencana bangun dinihari buat summit attack, penjadwalan, dan gak lupa pasang alarm.
Kami terbangun karena beberapa pendaki masih ada yang di luar, karena rombongan pendaki tadi juga membuat api unggun yang sebetulnya gak diperbolehkan. Akhirnya karena kedinginan kami membuat minuman panas untuk dimakan bersama roti tawar.
Sekitar jam 3 pagi kami bangun tidur, kemudian sarapan, dan mempersiapkan logistik dan alat yang akan dibawa untuk summit attack. Sementara itu, tenda, dan barang lain seperti pakaian kami tinggalin. Cuma bawa dompet, hp, kamera, 1 tas untuk logistik, makanan, dan minuman. Sekitar jam 4 kami kembali breafing dan berdoa, lalu mulai berjalan, berjalan beberapa menit ternyata udah deket pos 5.
Jarak dari Pos 5 terbilang cukup dekat, karena cuma ditempuh 30 menitan saja padahal kami jalan lumayan santai, karena di malam hari oksigen cenderung tipis karena banyaknya pepohonan.
Lanjut ke part 2 di link ini ya